BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekarang ini setiap
satuan pendidikan secara bertahap harus melakukan pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan ( SNP ). SNP adalah kreteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah Negara kesatuan Indonesia. PP no.19 memberikan arahan
tentang delapan standar nasional pendidikan , meliputi (a) standar isi; (b)
standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g)
standar pembiayaan; (h) sarana penilaian pendidikan.
Penjabaran standar-standar
tersebut diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Khusus mengenai standar
isi, dalam PP no.19 tahun 2005, pasal 6;ayat (1) dinyatakan bahwa
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, jenjang pendidikan dasar
dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP, standar isi
mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi.
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam kerangka dasar
dan struktur kurikulum khusus mengenai struktur kurikulum SD/MI, salah satunya
ditentukan bahwa pembelajaran pada kelas I sampai kelas III dilaksanakan
melalui pendektan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran. Substansi mata pelajaran IPA SD/MI merupakan IPA
terpadu. (BNSP, 2006).
Dengan dikeluarkannya
berbagai peraturan pemerintah sejak tahun 2005 sampai 2007 mengenai pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan tersebut, maka dilapangan gurulah yang menjadi ujung
tombak dalam pengimplementasiannya. Bagi guru SD yang mengajar kelas I s.d. III
dalam melaksanakan pembelajarannya mengacu pada ketentuan yang dicantumkan
dalam rangka kurikulum yang dinyatakan :“bahwa pembelajaran di kelas I s.d. III
dilaksanakan melalui pendekatan tematik”.
Pendekatan tematik ini merupakan salah satu
pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum terpadu. Pendekatan
tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai isu
sentral pembelajaran yang di dalamnya tercakup beberapa mata pelajaran yang
dipadukan. Berdasarkan acuan tersebut, maka guru SD di kelas I-III, khususnya
harus memahami apa itu kurikulum terpadu
dan bagaimana implementasinya dalam pembelajaran di
kelas.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
kajian makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan hakikat
kurikulum terpadu,
2. Mendeskripsikan hakikat pembelajaran terpadu,
3.
Menyebutkan kelebihan
dan keterbatasan pembelajaran terpadu,
4.
Mendeskripsikan
pembelajaran terpadu model Fragmented (terpisah)
BAB II
PEMBELAJARAN TERPADU
(FRAGMENTED)
A. Pengertian
, Prinsip Dasar dan Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian
dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar
pembelajaran terpadu diantaranya :
1)
menurut Cohen dan
Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran
terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana
pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari
terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning).
Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata
pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh
dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari
sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai
kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu
menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur
yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik
pusatnya (center core / center of interest).
2)
menurut Prabowo (2000 :
2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan /
mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu
dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu
di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.
Berikut ini dikemukakan
pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
1)
prinsip penggalian tema
2)
prinsip pelaksanaan
pembelajaran terpadu
3)
prinsip evaluasi
4)
prinsip reaksi
Hilda Karli (2003: 53)
mengungkapkan bahwa: Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam
karakteristik, diantaranya:
1.
Berpusat pada anak
(studend centerd).
2.
Memberi pengalaman
langsung pada anak.
3.
Pemisahan antara bidang
studi tidak begitu jelas.
4.
Holistik, artinya suatu
peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu di amati dan
di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak.
5.
Bermakna, artinya
pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
6.
Otentik, artinya
informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
B. Pembelajaran
Terpadu model Fragmented
Seperti halnya telah
disebutkan oleh Fogarty bahwa dalam pembelajaran terpadu terdapat sepuluh model
yang diantaranya adalah Fragmented ( terpisah), untuk mengetahui bagaimana
katrakteristik model fragmented ini maka perlu dilakukan beberapa kajian
sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian model Fragmented ( terpisah)
Model Fragmented
merupakan pengaturan kurikulum tradisional yang menentukan disiplin ilmu yang
terpisah dan berbeda. Artinya model ini memisahkan antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lain baik waktu, pelaksaan pembelajaran meskipun pelajaran
tersebut masih dalam inter disiplin ilmu. Biasanya, dalam bidang akademik utama
seperti matematika, sains, seni bahasa dan ilmu sosial. Seni rupa dan seni tari
mengambil subjek yang tersisa dari seni, musik dan pendidikan jasmani yang
sering dianggap “ soft subjects” bila dibandingkan dengan “hard core” bidang
akademik. Pengelompokan lain menggunakan kategori disiplin ilmu Humaniora, Ilmu
Pengetahuan, Seni tari, dan seni rupa. Dalam standar kurikulum, area subyek ini
diajarkan dalam isolasi, dengan tidak berusaha untuk menghubungkan atau
mengintegrasikan mereka. Masing-masing dilihat sebagai entitas murni dalam dan
dari dirinya sendiri. Meskipun mungkin ada tumpang tindih baik dalam ilmu-ilmu
fisika dan kimia, hubungan antara keduanya secara implisit, tidak secara
eksplisit, mendekati melalui kurikulum.
2. Apa
saja keuntungan pembelajaran dengan metode fragmented?
Piaget mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan:
a)
sensori-motor
b)
pra operasional
c)
operasional konkrit
d) operasi formal
Anak-anak usia ini (2-8
th) berada pada tahapan pra operasional
dan konkrit, sehingga kalau kita merujuk
pada teori ini, dalam praktik pembelajaran dikelas hendaknya guru
memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula
para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia
dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek
perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang
lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental,
sosial, dan emosional ataupun ebaliknya, dan perkembangan itu akan
terpadu dengan pengalaman kehidupan, dan lingkungannya.
Salah satu keuntungan
dari model fragmented ini adalah kemurnian dari setiap disiplin ilmu, selain
itu guru mempersiapkan dengan baik sebagai ahli dalam suatu bidang tertentu dan
memiliki kewenangan menggali subyek mereka dengan baik luas dan mendalam
Artinya, ketika suatu mata pelajaran disampaikan dengan pembelajaran terpadu
menggunakan metode fragmented, materi atau konsep dari ilmu tersebut akan
disampaikan secara jelas dan mendalam karena guru telah merencanakan dan
mengusai materi secara mendalam. Selain itu model tradisional ini juga
menyediakan sebuah zona kenyamanan bagi semua pihak karena mewakili norma. Ada
nilai dalam memeriksa satu disiplin atau subjek sebagai entitas yang terpisah
dan berbeda untuk mengungkap atribut kritis dari masing-masing bidang diskrit.
Meskipun terpecah-pecah, model ini tidak memberikan pandangan yang jelas dan terpisah dari disiplin ilmu. Para
ahli dapat dengan mudah menyaring keluar prioritas bidang studi sendiri. Selain
itu, dalam model ini siswa menyadari manfaat bekerja dengan seorang mentor.
3. Apa
saja kelemahan pembelajaran dengan metode fragmented?
Beberapa kelemahan dari
model fragmented ini adalah pelajar diberikan tugas yang sangat berat untuk
menghubungkan atau mengintegrasikan konsep yang dipelajari secara sendiri.
Selain itu, overlap konsep, keterampilan dan sikap pelajar tidak diperhatikan
dan proses pembelajaran pada situasi yang nyaman (roman) kemungkinan sedikit
terjadi. Untuk pelajar yang kurang pengawasan dalam menghubungkan kedua konsep
antar atau lintas disiplin ilmu adalah melihat beberapa penelitian terbaru pada
proses pembelajaran sebagai pengalihan panggilan untuk penghubung yang jelas.
Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa dapat dengan mudah terjebak dalam
tugas atau pekerjaan yang berat. Meskipun setiap guru memberikan jumlah yang
wajar, efek kumulatif dapat datang luar biasa bagi para siswa.
4. Kapan
model fragmented digunakan ?
Model Fragmented
merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat bagi sekolah-sekolah besar
dengan populasi beragam di mana tentu saja dengan berbagai fasilitas yang
menyediakan suatu spektrum sehingga subyek dapat menargetkan
kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini paling berguna pada tingkat universitas
di mana siswa melakukan pelaksanaan pembelajaran di jalur studi khusus yang
memerlukan pengetahuan para ahli untuk mengajar, mentoring, pembinaan, dan
berkolaborasi. Sebelum tingkat universitas, model ini membantu guru, dalam
persiapan sehingga dapat lebih terfokus. Ini adalah model yang baik bagi para
guru yang ingin meneliti dengan hati-hati prioritas kurikulum sebelum
menggunakan model lintas departemen untuk perencanaan lintas disiplin.
Hal yang perlu diingat
dari model fragmented ini adalah bahwa tidak ada usaha untuk menghubungkan
antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Dalam prakteknya
model ini bisa terlihat dari cara guru mengajar dikelas yang mengelompokkan
atau memisahkan pelajaran satu dengan yang lain.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran
terpadu dapat dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam merancang bentuk aktivitas
belajar-mengajar. Secara struktur sama dengan program satuan
pembelajaran untuk satu pokok bahasan/ materi pokok dalam silabus, hanya muatan
materinya dan konteksnya berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok
bahasan untuk satu mata pelajaran atau bahkan antar pokok
bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran. Sesuai dengan Fogarty yang menyatakan
kesepuluh model dalam pembelajaran terpadu, tentunya masing-masing model
memiliki kelebihan dan kekurang dalam implementasi dilapangan. Seperti model
Fragmented dengan semua kelebihan dan kelemahannya, semua dapat dimaksimalkan
dengan kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga meminimalkan semua kelemahan yang
ada pada masing-masing model terutama pada model fragmented.
Pengertian Kurikulum
Model Fragmented
Eureka Pendidikan. Kurikulum model fragmented disebut juga kurikulum mata pelajaran terpisah
(Separated Subject Curriculum). Separate-subject curriculum merupakan kurikulum yang bahan pelajarannya disajikan
dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari
yang lain.
Model fragmented (terpisah) merupakan suatu pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengaitkan dengan mata
pelajaran lain. Seperti sebuah periskop, memandang satu arah, fokus pada setiap
mata pelajaran.Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan makna/isi dan
keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya(Fogarty, 1991: 4).
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah satu sama
lainnya (separated subject curriculum) dimana mata pelajaran
tersebut terpisah-pisah dan kurang mempunyai keterkaitan dengan mata
pelajaran lainnya (Abdullah, 2007:142).
Pendekatan mata pelajaran bertitik tolak dari mata
pelajaran (subject matter) seperti Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi,
Ilmu Biologi, Ilmu Kimia, Ilmu Alam, Ilmu Berhitung, Ilmu Aljabar, Menyanyi,
Menggambar, Olahraga, Pekerjaan Tangan, dan sebagainya. Oleh karena
masing-masing pelajaran berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan maupun
kaitan satu dengan lainnya, maka setiap pelajaran cenderung menganggap dirinya
yang paling penting (Hamalik, 2013: 32).
Pada model fragmented antar pelajaran tidak memiliki hubungan
atau dikaitkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang
berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran tampak
sebagai suatu kesatuan dalam bidang studi itu sendiri, memiliki ranahnya
masing-masing, dan tidak ada usaha untuk menyatukannya. Setiap mata pelajaran
berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda
dari setiap guru (Fogarty, 1991:4).
Dalam standar kurikulum, wilayah-wilayah subjek (bidang kajian) diajarkan secara terpisah dengan tidak ada upaya untuk menghubungkan atau mengintegrasikan bidang kajian tersebut. Setiap bidang kajian dipandang sebagai entitas murni, berdiri sendiri, dan memiliki standar konten terpisah dan berbeda. Meskipun terdapat tumpang tindih antara fisika dan kimia, hubungan antara keduanya secara implisit, tidak eksplisit dan hubungan kajian tersebut tidak didekati melalui kurikulum (Fogarty, 1991:4). Pengorganisasian kurikulum ini telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih dipertahankan mulai dari SD sampai PT. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun guru kelas (Dakir, 2004: 37).
Kurikulum mata
pelajaran dapat menetapkan syarat minimum yang harus dikuasai anak sehingga
peserta didik bisa naik kelas. Biasanya bahan belajaran dan textbook
merupakan alat dan sumber utama pelajaran (Abdullah, 2007: 142). Hal ini
berarti dapat dilakukan penyeragaman materi atau bahan ajar dalam satu sekolah,
bahkan satu negara.
Konsekuensi yang
diterima dari penggunaan kurikulum model ini adalah peserta didik harus semakin banyak mengambil
mata pelajaran serta terjadi tumpang tindih konsep dari dua mata pelajaran atau
lebih (Abdullah, 2007: 142). Namun,
melihat kenyataannya bahwa model ini telah digunakan dalam waktu yang sangat
lama dan sampai sekarang masih digunakan, hal ini membuktikan bahwa hingga saat
ini keuntungan yang ditawarkan model ini masih bisa menekan kekurangannnya.
Berdasarkan keterangan
di atas, kurikulum dengan pendekatan fragmented (terpisah)
merupakan kurikulum dimanabahan pelajaran disajikan dalam bentuk subject atau
matapelajaran yang utuh tanpa ada keterkaitan dengan matapelajaran lain. Setiap
mata pelajaran diajarkan oleh guru dan waktu yang berbeda. Selain itu,
memungkin juga dilakukan dalam ruang yang berbeda pula.
Keuntungan Kurikulum
Model Fragmented
Keuntungan yang
diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum model fragmented adalah
esensi dari masing-masing ilmu dapat disampaikan secara murni. Selain
itu, guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya
(Fogarty, 1991: 5). Oleh karenanya, guru mudah menentukan ruang lingkup bahasan
yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
Selain keuntungan di atas, kurikulum model fragmented atau kurikulum separated subject juga memiliki keuntungan-keuntungan yang lainnya diantara lain adalah sebagai berikut.
Selain keuntungan di atas, kurikulum model fragmented atau kurikulum separated subject juga memiliki keuntungan-keuntungan yang lainnya diantara lain adalah sebagai berikut.
- Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis. Tiap mata pelajaran mengandung sistematik tertentu.
- Organisasi kurikulum fragmented sederhana, mudah, direncanakan, dan dilaksanakan karena perubahan satu mata pelajaran tidak berpengaruh pada mata pelajaran lainnya.
- Kurikulum fragmented mudah dinilai. Kurikulum fragmented bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan, pengertian, dan kecakapan-kecakapantertentu yang mudah dinilai dengan ujian atau tes. Adakalanya bahan pelajaran ditentukan dengan menetapkan buku-buku pelajaran yang harus dikuasai untuk suatu daerah, bahkan untuk seluruh negara, sehingga dapat diadakan ujian umum yang uniform di seluruh negara.
- Kurikulum fragmented juga dipakai di perguruan tinggi. Jenjang pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi menggunakan organisasi kurikulum yang bersifat mata pelajaran yang terpisah-pisah.
- Kurikulum fragmented telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi.
- Kurikulum fragmented lebih memudahkan guru. Sistem perkuliahan di perguruan tinggi menggunakan kurikulum ini sehingga guru cenderung nyaman apabila mengajar ilmu pengetahuan yang sudah dikuasai sebelumnya.
- Kurikulum fragmented mudah diubah. Perubahan kurikulum dicapai dengan cara menambah atau mengurangi jumlah, isi, atau jenis matapelajaran sesuai dengan permintaan zaman.
- Organisasi kurikulum yang sistematis seperti yang dimiliki oleh subject-curriculum esensial untuk menafsirkan pengalaman. Organisasi tersebut menghemat waktu dan tenaga (Nasution, 2003: 181).
Berdasarkan uraian di
atas, model fragmented menjaga agar suatu
mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan mata
pelajaran yang lainnya. Oleh karena itu model fragmentedmenyiapkan
seorang guru yang pakar atau ahli di bidang mata pelajaran yang diajarkan dan
mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan
mendalam. Keuntungan di atas juga memberi pengaruh besar sehingga model
kurikulum fragmented banyak digunakan
dan bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Kerugian Kurikulum
Model Fragmented
Meskipun kurikulum fragmented umum digunakan dimanapun serta telah
bertahan bertahun-tahun, namun adapula kelemahan yang menyebabkan kerugian
dalam penggunaan model kurikulum ini dilihat dari segipendidikan modern.
Kekurangan yang sangat
menonjol dalam model fragmented tidak
adanya penjelasan dalam keterkaitan konsep antar matapelajaran karena
masing-masing matapelajaran seolah-olah terpisah satu sama lain. Selain itu,
menyisakan beban kepada peserta didik untuk mengerahkan sumber dayanya sendiri
dalam hal membuat koneksi dan mengintegrasikan konsep serupa (Fogarty, 1991:
6). Oleh karena itu, seakan terjadi konsep ganda dalam pembahasan konsep yang
sama dilihat dari dua matapelajaran.
Keterangan di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 185), bahwa kurikulum model fragmented atauseparate-subject memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
- Kurikulum fragmented memberikan mata pelajaran yang terpisah (tidak berhubungan satu sama lain). Hal ini bertentangan dengan situasi kehidupan nyata yang saling berhubungan satu sama lain.
- Kurikulum fragmented tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam praktiknya, kurikulum fragmented bertujuan menyampaikan sejumlah pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku pelajaran yang ditentukan. Seringkali bahan pelajaran tersebut tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya.
- Kurikulum fragmented menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis.
- Tujuan kurikulum fragmented terlampau terbatas. Kurikulum fragmented kurang memperhatikan pertumbuhan jasmaniah, perkembangan sosial, dan emosional karena memusatkan tujuannya pada perkembangan intelektual dengan kurang memperhatikan situasi-situasi nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan.
- Kurikulum fragmented kurang mengembangkan kemampuan berpikir karena mengutamakan penguasaan pengetahuan dengan jalan ulangan dan hafalan, serta kurang mengajak peserta didik untuk berpikir sendiri.
- Kurikulum fragmented cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. Bahan pelajaran dalam kurikulum ini terutama didasarkan pada pengetahuan yang tercantum dalam buku. Adakalanya buku yang digunakan dari tahun ketahun tidak ada perubahan.
REFERENSI
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktek. Jogyakarta: AR-RUZZ Media.
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrate the Curricula. Illions: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Hamalik,O. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktek. Jogyakarta: AR-RUZZ Media.
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrate the Curricula. Illions: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Hamalik,O. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Dosen : dirgantara wicaksono
matkul : pembelajaran pkn di sd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar