KATA
PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran
Tuhan yang Maha Pemurah, karena berkat kemuranhan-Nya makalah ini dapat saya
selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “strategi
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus”
suatu hal yang bermakna Fundamental bagi pelaksanaan PBSI Kelas Rendah.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman mahasiswa S1 PGSD Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ) mengenai “strategi
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus”
yang merupakan salah satu materi dalam mata kuliah PBSI Kelas Rendah yang di
bimbing oleh Ati kusmawati
Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat
bermanfaat dan dapat digunakan untuk menambah wacana keilmuan dibidang Pendidikan
Bahasa dan Sastra Kelas Rendah.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...…i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
belakang ……………………………………………………..… 3
2. Rumusan
masalah ………………………………………………….... 4
3. Tujuan
…………………………………………….............................
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anak
Berkebutuhan Khusus………………………………..
6
2.2 Jenis Dan
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus…………........ 6
a. Tunagrahita (Mental
retardation) …………………………….. 7
b. Tunalaras (Emotional or behavioral disorder) ………………. 8
c. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)… 9
d. Tunanetra (Partially seing and legally blind) ……………….. 10
e. Tunadaksa (physical disability) ……………………………... 11
f. Tunaganda (Multiple handicapped) …………………………. 11
g. Kesulitan Belajar (Learning disabilities) …………………..... 12
h. Anak Berbakat (Giftedness and special talents) ……………. 13
i. Anak Autistik…………………………………………………. 15
j. Hyperactive (Attention Deficit
Disorder with Hyperactive….. 16
2.3 Strategi
Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus …………….. 17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………...... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Pada dasarnya
setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema
tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang
problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan
dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus
(children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam
belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak
sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus
mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil
belajar yang optimal.
Model
pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh
guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap
lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui
penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi
kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi
akademik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ”Strategi Pembelajaran bagi
Anak Berkebutuhan Khusus”
2. Rumusan
Masalah
- Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
- Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
- Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?
3. Tujuan
- Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.
- Mengidentifikasi jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.
- Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan
mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan
emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak
lain yang seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di
Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk
tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB
bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
2. Jenis Dan
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak
mendapat perhatian guru antara lain :
a.Tunagrahita
(Mental retardation)
Ada beberapa definisi dari tunagrahita, antara
lain:
- American Association on Mental Deficiency (AAMD) dalam B3PTKSM, (p. 20) mendefinisikan retardasi mental/tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual; yang muncul sebelum usia 16 tahun; dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
- The New Zealand Society for the Intellectually Handicapped menyatakan tentang tunagrahita adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya jelas-jelas di bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya.
- Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.
Adapun cara mengidentifikasi seorang anak
termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
- Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
- Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
- Perkembangan bicara/bahasa terlambat
- Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
- Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
- Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
b. Tunalaras
(Emotional or behavioral disorder)
- Nilai standarnya 4
Tunalaras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
Menurut Eli M. Bower (1981), anak dengan
hambatan emosional atau kaelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu
atau lebih dari lima komponen berikut:
- Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual, sensori atau kesehatan.
- Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
- Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
- Secara umum mereka selalu dalam keadaan pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi.
- Bertendensi kea rah symptoms fisik: merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.
Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
juga bisa diidentifikasi melalui indikasi berikut:
- Bersikap membangkang,
- Mudah terangsang emosinya,
- Sering melakukan tindakan aggresif,
- Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
c. Tunarungu Wicara
(Communication disorder and deafness)
Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
- Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB),
- Gangguan pendengaran ringan (41-55dB),
- Gangguan pendengaran sedang (56-70dB),
- Gangguan pendengaran berat (71-90dB),
- Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB).
Karena memiliki
hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara
sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan
bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstrak.
Berikut identifikasi anak yang mengalami
gangguan pendengaran:
- Tidak mampu mendengar,
- Terlambat perkembangan bahasa,
- Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
- Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,
- Ucapan kata tidak jelas,
- Kualitas suara aneh/monoton,
- Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,
- Banyak perhatian terhadap getaran,
- Keluar nanah dari kedua telinga,
- Terdapat kelainan organis telinga.
- Nilai standarnya 7.
d. Tunanetra
(Partially seing and legally blind)
Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman &
Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam
indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain
yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media
yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan
media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar
biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
Berikut
identifikasi anak yang mengalami gangguan penglihatan:
- Tidak mampu melihat,
- Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,
- Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
- Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
- Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
- Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
- Mata bergoyang terus.
- Nilai standarnya adalah 6, artinya bila anak mengalami minimal 6 gejala di atas, maka anak termasuk tunanetra.
e. Tunadaksa
(physical disability)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak
yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
Berikut identifikasi anak yang mengalami
kelainan anggota tubuh tubuh/gerak tubuh:
- Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
- Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
- Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
- Terdapat cacat pada alat gerak,
- Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
- Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal,
- Hiperaktif/tidak dapat tenang.
- Nilai standarnya 5.
f. Tunaganda
(Multiple handicapped)
Menurut
Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan
perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan
neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam
kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di
masyarakat.
Walker (1975) berpendapat mengenai tunaganda
sebagai berikut:
- Seseorang dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-layanan pendidikan khusus.
- Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan teknologi.
- Seseorang dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modifikasi khusus.
g. Kesulitan
Belajar (Learning disabilities)
Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang
memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi
kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ
rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik
persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang
dan keterlambatan perkembangan konsep.
Berikut adalah karakteristik anak yang
mengalami kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung :
- Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
- Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
- Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
- Kalau membaca sering banyak kesalahan
- Nilai standarnya 3.
- Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)
- Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
- Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
- Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
- Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
- Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
- Nilai standarnya 4.
- Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula)
- Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
- Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
- Sering salah membilang dengan urut,
- Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
- Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
- Nilai standarnya 4.
h. Anak
Berbakat (Giftedness and special talents)
Menurut Milgram,
R.M (1991:10), anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau
lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (Terman, 1925), mempunyai
kreativitas tinggi (Guilford, 1956), kemampuan memimpin dan kemampuan dalam
seni drama, seni tari dan seni rupa (Marlan, 1972).
Anak berbakat mempunyai empat kategori, sebagai
berikut:
- Mempunyai kemampuan intelektual atau intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan masuk akal.
- Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau ilmu pengetahuan alam.
- Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Pada umumnya mampu berpikir untuk menyelesaikan masalah yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
- Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil dan berbeda dengan yang lain.
Dari keempat
kategori di atas, maka anak berbakat adalah mereka yang mempunyai
kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika,
social, fisik (Freemen, J. 1975:120), akademik, psikomotor dan psikososial
(Sisk,1987 dalam Amin, M. 1996:3).
Berikut identifikasi anak berbakat atau anak
yang memilki kecerdasan dan kemampuan yang luar biasa:
- Membaca pada usia lebih muda,
- Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
- Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
- Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
- Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
- Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
- Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
- Memberi jawaban-jawaban yang baik,
- Dapat memberikan banyak gagasan,
- Luwes dalam berpikir,
- Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
- Mempunyai pengamatan yang tajam,
Dapat
berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap
- tugas atau bidang yang diminati,
- Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
- Senang mencoba hal-hal baru,
- Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
- Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah,
- Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
- Berperilaku terarah pada tujuan,
- Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
- Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
Mempunyai daya
ingat yang kuat,
- Tidak cepat puas dengan prestasinya,
- Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
- Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
i. Anak
Autistik
- Nilai standarnya 18.
Autism Syndrome merupakan
kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang
diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejala autism menurut Delay &
Deinaker (1952) dan Marholin & Philips (1976) antara lain:
- Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah.
- Selalu diam sepanjang waktu.
- Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh akan menceritakan dirinya dengan beberapa kata kemudian diam menyendiri lagi.
- Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut dan tidak menyenangi sekelilingnya.
- Tidak tampak ceria.
- Tidak peduli terhadap lingkungannya, kecuali terhadap benda yang disukainya.
Secara umum anak
autis mengalami kelainan dalam berbicara, kelainan fungsi saraf dan
intelektual, Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
j. Hyperactive
(Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
Hyperactive
bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. (Batshaw &
Perret, 1986: 261).symptoms terjadi disebabkan oleh factor-faktor brain
damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardaction.
Dewasa ini banyak kalangan medis masih menyebut anak hiperaktif dengan istilah attention
deficit disorder (ADHD) (Solek, P. 2004:4)
3. Strategi
Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara)
dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi:
anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah,
anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah
perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban
HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention
Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar,
Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Dalam hal ini,
ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan
perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia
(termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan,
memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan
pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan
guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran
bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi
pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi
pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan,
materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi
pembelajaran , antara lain:
- Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
- Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
Selain strategi
yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu
strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi
pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi
pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan
strategi pembelajaran adalah :
- Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
- Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
- Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model
layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan
kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
3. Strategi
pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi
pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda
dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi
yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
- Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
- Strategi kooperatif dan Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi
pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang
bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut:
- Pendidikan integrasi (terpadu)
- Pendidikan segresi (terpisah)
- Penataan lingkungan belajar
5. Strategi
pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk
memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan
model-model pendekatan sebagai berikut;
- Model biogenetic
- Model behavioral/tingkah laku
- Model psikodinamika
- Model ekologis
6. Strategi
pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
1. Anak
berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching
2. Anak
berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
7. Strategi
pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang
biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif,
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan
modifikasi perilaku.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan
khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka.
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara)
dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi:
anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah,
anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah
perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban
HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention
Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar,
Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: Refika Aditama.
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak
Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar