Minggu, 24 Mei 2015

Model Pembelajaran berbentuk sarang(Nested)



KATA PENGANTAR

            Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun diberi kekuatan dan kemampuan dalam menyelesaikan makalah yang bertema “ Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah tematik kelas lanjut di Sekolah Dasar.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT. Kami berharap semoga apa yang ditulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah ini lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb


                                                                                    Jakarta, 31 Maret 2015


                                                                                               













DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................      ii
DAFTAR ISI....................................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN
               2.1.    Latar Belakang Masalah..................................................................      3
               2.2.     Rumusan Masalah................................................................... ……     4  
               2.3.     Tujuan ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
                2.1.    Pengertian Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)
                2.2.     Karakteristik model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested
                2.3.     Langkah – langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
                2.4    Kelebihan model pembelajaran bentuk sarang/kumpulan (Nested)
                2.5    Kelemahan model pembelajaran bentuk sarang/kumpulan (Nested)
                2.6    Penerapan model pembelajaran bentuk sarang/kumpulan (nested)
BAB III PENUTUP
       3.1. Simpulan...........................................................................................      9
              3.2.  Saran.................................................................................................      9
         3.3. DAFTAR PUSTAKA......................................................................      9










BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik bermakna dan otentik.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembalajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang studi yang relevan akan membentuk skema, sehingga anak akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan kebutuhan belajar, pengetahuan, serta kebutuhan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (William, 1976:116). Pembelajaran terpadu sangat diperlukan di sekolah dasar, karena pada jenjang ini siswa menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilihan yang artificial (Richmond, 1977:31; Joni, 1996:1).
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang menginput beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memperbaiki pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model  yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 : 615). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik, dan unit tematiknya menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat 10 model merencanakan pembelajaran terpadu yang salah satunya adalah Model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested).






1.2.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Model Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)?
2.     Bagaimana karakteristik model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
3.   Bagaimana langkah – langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
4.   Apa kelemahan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
5.      Apa kelebihan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
6.   Bagaimana penerapan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
 

1.3.      Tujuan
1.     Mengetahui pengertian dari model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
2.     Mengetahui karakteristik model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
3.   Mengetahui langkah – langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
4.  Mengetahui dan memahami kelemahan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
5.     Mengetahui dan memahami kelebihan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
6.   Mengetahui penerapan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)















BAB II
PEMBAHASAN


2.1.      Pengertian Model Pembelajaran Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada  kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23), Menurut ( Udin Syaefudin Sa’ud, 2006 : 32 ) model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan cirri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan ketrampilan tersebut keseluruhanya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk ketrampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Tanda terkuasainya ketrampilan tersebut dalam hal ini ditunjukan oleh kemampuana mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.




2.2.       Karakteristik Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang)
Menurut Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau cirri-ciri, yaitu
a.     Holistic
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
b.     Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak kepada kebermaknaan  dari materi yang dipelajari. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
c.      Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung.Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru.Informasi dan pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.Misalnya, hokum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
d.     Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.


2.3.     Langkah – langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (nested)
       Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

1)    Tahap Perencanaan
a        Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal. Seperti contoh yang diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
b        Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c         Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1) keterampilan berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan mengorganisasi.
d        Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan tujuan pembelajaran khusus (indicator) yang meliputi; audience, baehaviour, condition dan degree.
e         Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.

2)   Tahap  Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a      Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pelajar mandiri
b      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok
c      Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran, menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model pebelajaran terpadu dengan baik.

3)   Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a      Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
b      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

2.4.    Kelebihan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpoulan (Nested)
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
a.       Guru dapat memadukan beberapa ketrampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
b.      Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
c.       Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan
d.      Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.



2.5.    Kelemahan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)

Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan. Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati-hati.Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok digunakan guru yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan keterampilan kooperatif dalam latihan-latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial, akan meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan.


2.6.   Penerapan model pembelajaran bentuk sarang/kumpulan (nested) dalam proses     pembelajaran

Model nested di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
















BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
tipe nested (tersarang) adalah salah satu metode pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanyadalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
Metode atau pembelajaran ini digunakan dalam satu mata pelajaran yang telah ditentukan terlebih dahulu. Namun pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested(tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Dengan pembelajaran ini siswa dapat berfikir lebih kreatif, karena guru hanya sebagai fasilitator maka murid dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajarannya.








3.2.      Saran
                 Karena makalah yang kami susun masih jauh dari sempurna , untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dari para pembaca sebagai bahan untuk membentuk kesempurnaan makalah ini.
                 Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa prodi PGSD

3.3.    Daftar Pustaka

Forgaty R. 1991. The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine, Illinois: IRI / Skylight Publising. Inc.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu: dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara

dosen : dirgantara wicaksono
matkul : pembelajaran pkn di sd














Tidak ada komentar:

Posting Komentar