Rabu, 03 Juni 2015

RESUME KURIKULUM 2013



BAB 1
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah juga telah lama mencanangkan “gerakan peningkatan mutu pendidikan”, namun kenyataan jauh dari harapan, bahkan dalam hal tertentu ada gejala penurunan dan kemerosotan. Misalnya kemerosotan moral peserta didik, yang ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa. Kecurangan dalam ujian, seperti ngerpek dan nyontek yang telah membudaya dikalangan pelajar dan mahasiswa. Berbagai indikator mutu pendidikan juga belum menunjukan peningkatan yang berarti, bahkan gagal dalam melaksanakan ujian nasiona
Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 juga dapat dilihat indikator – indikatorperubahan sebagai berikut.
1.      Adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreaktif, mandiri.
2.      Adanya peningkatan mutu pembelajaran
3.      Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar
4.      Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat
5.      Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah.
6.      Tumbuhnya sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh dikalangan peserta didik.
7.      Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
8.      Terciptanya iklim yang aman, nyaman dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning)
9.      Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement)


BAB 2
DIBALIK KURIKULUM 2013
Pendidikan yang diselenggarakan disetiap satuan pendidikan mulai dari dasar sampai pendidikan tinggi, bahkan yang dilakukan dilembaga-lembaga nonformal dan informal seharusnya dapat menjadi landasan bagi pembentukan pribadi peserta didik, dan masyarakat pada umumnya. Namun demikian, pada kenyataannya mutu pendidikan, khususnya mutu output pendidikan masih rendah jika dibanding dengan mutu output pendidikan dinegara lain, baik diasia maupun kawasan ASEAN.
A.     Apa yang salah dengan pendidikan kita?
Hampir setiap hari kia disuguhi contoh-contoh yang menyedihkan melalui film dan televisi, yang secara bebas mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, premanisme, kejahatan,perselingkuhan, kawin siri, penyalahgunaan obat terlarang dan korupsi, yang telah membudaya dalam sebagian masyarakat bahkan dikalangan pejabat dan artis. Kita juga mendengar, melihat dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno, pelecehan seksual, narkoba, geng motor, dan perjudian.
Sehubung dengan kondisi tersebut, seharusnya pendidikan dan teknologi didayagunakan untuk mempengaruhi pola, dan sikap serta gaya hidup masyarakat, guna meningkatkan tarif hidup dan kesejahtraannya. Hal ini penting, terutama untuk mengatasi berbagai ketimpangan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan. Karena perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi semakin lama semakin pesat dan semakin otonom.
Menghadapi kondisi masyarakat indonesia,eloknya pembangunan pendidikan nasional difokuskan pada hal-hal sebagai berikut :
1.      peningkatan pemerataan dan peluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu.
2.      pengembangan wawasan persainga dan keunggulan
3.      memperkuat keterkaitan pendidikan agar sepadan dengan kebutuhan pembangunan (link and match)
4.      mendorong terciptanya masyarakat belajar
5.      pendidkan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan
6.      pendidikan merupakan sarana untuk memperkuat jati diri bangsa dalam proses industrialisasi dan mendorong terjadinya perubahan masyarakat indonesia dalam memasuki era globalisasi.

B.      Visi dan misi pendidikan nasional  
Sejalan dengan uraian diatas, Depdikbud, Bank dunia, Bappenas, dan Bank pembangunan Asia (1999), telah meumuskan visi dan misi pendidikan nasional sebagai berikut :
Visi makro pendidkan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat proklamasi NKRI melalui proses pendidikan.
Misi makro pendidikan nasional jangka menengah adalah pemberdayaan organisasi maupun proses pendidika. Organisasi pelaksanaan pendidikan dengan cakupan yang luas dan otonom, sehingga mampu menanmpung kebutuhan masyarakat dalam berbagai situasi. Proses pendidikan dilaksanakan secara terbuka untuk memperbesar masukan dari masyarakat.
Misi makro pendidikan nasional jangka pendek adalah mengatasi krisis nasional. Pendidikan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Proses pendidikan diusahakan tetap terselenggara secara optimal. Otonomi, keterbukaan, partisipasi pasar dan masyarakat mulai dilaksanakan. Pendidikan dilaksanakan dengan memulai menanamkan wawasan keunggukan untuk menghadapi tantangan global. Mulai membentuk lembaga pendidikan untuk menuju pusat pradaban.

C.      Visi dan misi kementrian pendidikan dan kebudayaan
Dalam rangka mewujudkan cita cita mencerdaskan kehidupan bangsa, serta sejaalan dengan visi dan misi pendidkan nasional, Kemendiknas (Renstra Kemendiknas 2010-2014) mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan paripurna). Insan indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu serdas spiritual, serdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestatis.
D.     Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
Pedidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang No. 20 tahun 2003).
E.      Penataan Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional pendidikan seharusnya ditetapkan berdasarkan konsensus bersama yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, organisasi profesi, universitas sekolah, lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pengamat pendidikan, dan perwakilan peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) meliputi delapan standar, yang dalam garis besarnya dapat dideskripsikan sebagai berikut (PP No. 19 tahun 2005, dan PP Nomer 32 tahun 2013)
1.      Standaer Kompetensi Lulusan
2.      Standar Isi
3.      Standar proses
4.      Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
5.      Standar sarana dan prasarana
6.      Standar pengelolaan
7.      Standar pembiayaan
8.      Standar penilaian pendidikan
F.       Siapa yang bertanggung jawab dan menjamin keberhasilan kurikulum 2013?
Yang seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum 2013. Lembaga-lembaga tersebut adalah
·         Lembaga dipusat :
1.      Kementrian pendidkan dan kebudayaan
2.      DPR
3.      Irjen Depdiknas
4.      Balitbangdiknas
5.      BSNP
6.      Puskurbuk
7.      Bagian kurikulum pada direktorat dikdasmen (SD, SMP, dan SMA)
8.      Bagian pendidikan di departemen Agama
9.      LSM peduli pendidikan
·         Lembaga di daerah (provinsi, kabupaten /kota) :
1.      Gubernur
2.      Bawasda
3.      Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
4.      Bagian kurikulum di Disdik
5.      Bagian pendidikan di Departemen Agama
6.      DPRD
7.      Dewan pendidikan dan komite sekolah /madrasah
8.      LSM










BAB 3
KUNCI SUKSES KURIKULUM 2013
A.     Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Keberhasilan kurikulum 2013, menuntut kepala sekolah yang demokratis profesional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis disekolah yang akan mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.

B.      Kreativitas Guru
Kunci sukses keduan yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreativitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang didefinisikan Rogers (dalam Mulyasa, 2002) sebagai berikut :
1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan kenyakinannya, atau kurang terbuka
2.      Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya
3.      Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun
4.      Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran
5.      Dapat menerima balikan (feedback) , baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan prilakunya
6.      Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajran, dan
7.      Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang di capainya.

C.      Aktivitas peserta didik
Kunci sukses ketiga yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah aktivitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangan aktivitas peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri (self-discipline).
Memperhatikan pendapat Reismen and Payne (1987:239-241), dapat dikemukakan 9 (sembilan) strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut :
1.      Konsep diri (self-concept)
2.      Keterampilan berkomunikasi (communication skills)
3.      Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences)
4.      Klarifikasi nilai (values clarification)
5.      Analisis transaksional (transactional analysis)
6.      Terapi realitas (reality therapy)
7.      Disiplin yang trintegrasi (assertive discipline)
8.      Modifikasi perilaku ( behavior modification)
9.      Tantangan bagi disiplin (dare to discipline)

D.     Sosialisasi kurikulum 2013
Kunci sukses keempat yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah sosialisasi. Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya dilapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.

E.      Fasilitas dan sumber belajar
Fasilitas dan sumber belajar yang memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara optimal. Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.
F.       Lingkungan yang kondusif akademik
Lingkungan yang kondusif-akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolaah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student-centered activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar.
G.     Partisipasi warga sekolah
Partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga, khusus tenaganya kependidikan yang tersedia.













BAB 4
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
A.     Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan tearah, tidak asal perubahan. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.
B.      Landasan pengembangan kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan konseptual sebagai berikut :
1.      Landasan filosofis
a.      Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan
b.      Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
2.      Landasan yuridis
a.      RPJMM 2010-2014 sektor pendidikan, tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum
b.      PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan
c.       INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang percepatan pelaksanaan proritas pembangunan nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa
3.      Landasan konseptual
a.      Relevansi pendidikan (link and match)
b.      Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter
c.       Pembelajaran konstekstual (contxtual teaching and learning)
d.      Pembelajaran aktif (student active learning)
e.      Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.
C.      Tujuan pengembangan kurikulum 2013
Seperti yang dikemukakan diberbagai media massa, bahwa melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegritas. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
D.     Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
Dalam rangka mempersiapkan tujuan pendidikan memasuki globalisasi yang pernuh tantangan dan ketidakpastian. Diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah dicoba pada tahun 2004.
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.
Beberapa aspek atau ranah yang terkandung  dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai beriku :
1.      Pengetahuan (knowledge)
2.      Pemahaman (understanding)
3.      Kemampuan (skill)
4.      Nilai (value)
5.      Sikap (attitude)
6.      Minat (interest
Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Lima karakteristik kurikulum bebasis kompetensi :
1.      Mendayagunakan keseluruhan sumber belajar
2.      Pengalaman lapangan
3.      Strategi belajar individual personal
4.      Kemudahan belajar
5.      Belajar tuntas.
E.      Tingkat pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu pengembangan kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat wilayah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan silabus, dan pengembangan program pembelajaran.
F.       Prinsip pengembangan kurikulum
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut  (balitbang kemdikbud, 2013)
1.      Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2.      Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip divesifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
3.      Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi
4.      Standar kompetensi lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan global.
5.      Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan
6.      Standar proses dijabarkan dari standar isi
7.      Standar penilaian dijabarkan dari standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses
8.      Standar kompetensi lulusan dijabarkan kedalam kompetensi inti
9.      Kompetensi inti dijabarkan kedalam kompetensi dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran
10.  Kurikulum sstuan pendidkan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan
a.      Tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah
b.      Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah
c.       Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan
11.  Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
12.  Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk
13.  Proses belajara dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)

G.     Pengembangan struktur kurikulum 2013
Pengembangan struktur kurikulum 2013 sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu mengidentifikasi kompetensi, mengembangkan struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata pelajaran.
1.      Identifikasi kompetensi
Identifikasi komoetensi, sub kompetensi, dan tujuan khusus perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan, agar hasil yang dirumuskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dicapai peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa penyususnan asumsi-asumsi yang spesifik harus dilakukan sebelum mengidentifikasi tujuan dan kompetensi.
Dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, sedikitnya dapat diidentifikasi delapan sumber yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi, yaitu :
1)      Daftar yang ada
2)      Menerjemahkan mata pelajaran
3)      Menerjemahkan mata pelajaran dengan perlindungan
4)      Analisis taksonomi
5)      Masukan dari profesi
6)      Membangun teori
7)      Masukan peserta didik ddan masyarakat
8)      Analisis tugas
2.      Struktur kurikulum
Struktur kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi untuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, serta sekolah menengah kejuruan seperti yang disajikan dalam materi uji publik kurikulum 2013, dan juga materi sosialisasi kurikulum 2013 (kemendiknas, 2013) dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.      Struktur kurikulum SD
b.      Proses pengembangan struktur kurikulum SMP
c.       Struktur kurikulum SMA/SMK











BAB 5
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.     Merancang pembelajaran efektif dan bermakna
Implementasii kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menurut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai demgan rencana yang telah di programkan.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran meiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesukssesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu.
Pembelajaran menyenangkan, efektif, dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru dengan prosedur sebagai berikut :
1.      Pemanasan dan apersepsi
2.      Eksplorasi
3.      Konsolidasi pembelajaran
4.      Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter
5.      Penilaian formatif
B.      Mengorganisasikan pembelajaran
Impelementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. sedikitnya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahki, pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
C.      Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran
Disamping pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan endragogi, yang berbeda dengan pedagogi, terutama dalam pandangannya terhadap peserta didik, pedagogi diartikan sebagai “the art science of teaching children”. Sedangkan andragogi diarntikan sebagai “the art and science of helping adults learn”.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain : pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran pastisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran kontruktivisme (contructivism teaching and learning).
D.     Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 meerupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belahar yang optimal.
Pada umumnya, kkegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
E.      Menetapkan kriteria keberhasilan
Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dalam pembentukna kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau stidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%).
Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
BAB 6
PENATAAN PENILAIAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.     Penataan penilaian
Salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013 adalah penataan standar penilaian. Pentaan tersebut terutama disesuaikan dengan penataan yang dilakukan pada standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses. Meskipun demikian, pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetao bermuara dan berfokus pada pembelajaran, karena pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum. Pembelajaran sebagai inti dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan,pelaksaan, dan penilaian.
B.      Penilaian kurikulum
Penilaian kurikulum harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh dan profesional, sesuai dengan kompetensi inti yang telah ditentukan. Penilaian aspek pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisa, dan daftar isian pertanyaan. Penilaian aspek keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas, serta penilaian oleh peserta didik sendiri, adapaun penilaian aspek sikap, dapat dilakukan dengan dafatar isisan sikap (pengamatan pribadi) dari diri sendiri, dan daftar isian sikap yang disesuaikan dengan kompetensi inti.
Untuk mendapatkan data yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang penilaian kurikulum dapat dilakukan dengan menilai rancangan kurikulum dan menilai pengembangan kurikulum dikelas.
C.      Penilaian proses pembelajaran
Penilaian proses yang dimaksud untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan kompetensi peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Dalam hal ini, penilaian proses dilakukan untuk menilai aktivitas, kreativitas, dan keterlibatan peserta didik dlam pembelajaran, terutma keterlibatan mental, emosional, dan sosial dalam pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.

D.     Penilaian unjuk kerja
Dalam implementasi kurikulum 2013, amat dianjukan agar guru lebih mengutamakan penilaian untuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat bergaul, bagaimana mereka bersosialisasi dimasyarakat dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran dikelas dalam kehidupan sehari hari.
Dalam penilaian pembelajaran, penilaian unjuk kerja dapat dilakuka secara efektif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Tetapkan kinerja yang akan dinilai
2)      Buat daftar yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dari masing-masing mata pelajaran dan butir-butir yang dipertimbangkan untuk menentukan apakah pekerjaan itu memenuhi standar yang telah ditetapkan
3)      Tentukan pekerjaan untuk peserta didik yang mencakup semua elemen kinerja yang dinilai dan alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4)      Buat semua daftar bahan, alat dan gambar yang diperlukan peserta didik untuk mengerjakan penilaian
5)      Siapkan petunjuk tertulis yang jelas untuk peserta didik
6)      Siapkan sistem pensekoran (soring)
E.      Penilaian karakter
Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Pembentuk karakter memang tidak bisa sim salabim atau terbentuk dalam waktu singkat, tapi indikator perilaku dideteksi secara dini oleh setiap guru.
F.       Penilaian portofolio
Portofolio adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, melalui suatu diskusi untuk pembahasan hasil kerja peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio adalah sebagai berikut :
1.      Karya yang dikumpulkan asli karya yang bersangkutan
2.      Menentukan contoh pekerjaan yang harus dikerjakan
3.      Mengumpulkan dan menyimpan sempel karya
4.      Menentukan kriteria penilaian portofolio
5.      Meminta peserta didik untuk menilai secara terus penerus hasil portofolio
6.      Merencanakan pertemuan dengan peserta didik untuk membicarakan hasil portofolio
7.      Melibatkan orang tua dan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas penilaian portofolio













BAB 7
INOVASI KURIKULUM 2013

A.     Keunggulan kurikulum 2013
Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produtif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama, kurikulum 2013 menggunakan pendeketan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Kedua, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

B.      Asumsi kurikulum 2013
Asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan.
Sedikitnya terdapat tujuh asumsi yang mendasari kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi. Ketujuh asumsi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional, dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal.
2.      Banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
3.      Peserta didik bukanlah tabung kosong aau kertas putih bersih yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan.
4.      Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin biasa saja, bahkan rendah.
5.      Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.
6.      Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secra sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mmencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
7.      Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus berisi menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensinya secara optimal.

C.      Perbedaan kurikulum 2013 dengan ktsp 2006
Tema kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Beberapa keunggulan kurikulum ini telah dibahas dalam subab terdahulu, namun demikian untuk lebih memantapkan pemahaman tentang inovasi kurikulum dirasakan perlu untuk mengkaji dan menganalisis beberapa hal mendasar yang dikembangkan dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu dalam subbab ini disajikan secara khusus bagaimana perbandingan kurikulum 2013 dengan KTSP 2006, perbangdingan  tersebut disajikan dalam tabel berikut (kemdiknas, 2013).

Elemen
Ukuran tata kelola
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Guru
kewenangan
Hampir mutlak
terbatas
kompetensi
Harus tinggi
Sebaiknya tinggu. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku
Bebas
Berat
Ringan
Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran
Rendah (banyak waktu untuk persiapan)
Tinggi
Buku
Peran penerbit
besar
Kecil
Variasi materi dan proses
Tinggi
Rendah
Variasi harga/bebas siswa
Tinggi
Rendah
Siswa
Hasil pembelajaran
Tergantung sepenuhnya pada guru
Tidak sepenuhnya tergantung pada guru,tetapi juga buku yang disediakan pemerintah
pemantauan
Titik penyimpangan
Banyak
Sedikit
Besar penyimpangan
Tinggi
Rendah
Pengawasan
Sulit,hampir tidak mungkin
mudah

D.     Perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan KTSP 2006
Kurikulum sekolah dasar 2013 lebih ditekankan pada aspek efektif, dengan penilaian yang ditekankan pada notes dan portofolio. Dalam implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter ini, murid SD idealnya tidak lagi banyak menghapal. Karena kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan peserta didik memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
E.      Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan operasionalisasi standar kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan kedalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.


















BAB 8
OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.     Mendongkrak prestasi
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhu kebutuhannya.
Menurut makmun (1999) ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. ketika hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berukut :
Perubahan perilaku hasil belajar bersifat intensional, artinya pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.
Perubahan perilaku hasil belajar bersifat positif, artinya sesuai dengan yang diharapkan (normatif), atau kriteria keberhasilan (criteria of succes). Baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari segi guru.
Perubahan perilaku hasil belajar bersifat efektif, artinya perubahan hasil belajar itu relatif tetap, dan setiap saat diperlukan  dapat direproduksi dan diergunakan, seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi 4, yaitu
a.      Bahan atau materi yang dipelajari
b.      Lingkungan
c.       Faktor instrumental
d.      Kondisi peserta didik
2.      Usaha mendongkrak prestasi belajar
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendongkrak prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan, kontrol, sikap yang optimis, menggunakan waktu, cara mempelajari buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.

B.      Penghargaan dan hadiah
Penghargaan adalah suatu hadiah dalam bentuk ucapan terima kasih yang dirasakan sebagai pujian oleh orang yang menerimanya. Sedangkan hadiah adalah suatu penghargaan yang dibandingkan dengan nilai oleh orang yang menerimanya.
Strategi penghargaan dan hadiah memiliki kontribusi penting dalam mencapai tujuan perusahaan, jika :
·         Menyediakan hadiah untuk pertumbuhan dan peningkatan prestasi
·         Mendukung nilai-nilai organisasi
·         Menyesuaikan kebudayaan dan daya management oranisasi
·         Mendorong dan mendukung tingkah laku yang diinginkan
·         Menyediakan daya saing yang dibutuhkan
·         Mendorong organisasi untuk memperoleh nilai dari hadiah.

C.      Membangun tim
Membangun tim bertujuan untuk mendidik seluruh tenaga kependidikan disekolah pada seluruh tingkat pekerjaan, dengan teknik kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.
D.     Mengembangkan program akselerasi
Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalui masa belajar disekolah dengan waktu yang relatif cepat. Peserta didik dapat menempuh masa belajar disekolah dasar sekitar 5 tahun, disekolah menengah pertama dua tahun, dan disekolah menengah atas dua tahun. Melalui program akselerasi, peserta didik dalam usia 10 tahun sudah dapat menamatkan sekolah dasar, 12 tahun menamatkan SMP, dan 14 atau 15 tahun sudah lulus SMA, sehingga dalam usia kurang dari 20 tahun sudah dapat meraih gelar sarjana. Program ini diharapkan dapat mendongkrak kualitas SDM secara lebih cepat, dan tepat sasaran.

E.      Membudayakan kurikulum
Membudayakan kurikulum dapat dimaknai bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah maupun tenaga kependidikan lain. Budaya sekolah nampak sebagai gaya sebuah sekolah dalam mempertahankan integritas struktur sosialnya, sebagaimana organisasi sosial dan sebagai sebuah pola kepribadian individu. Pada umumnya pandangan ini merupakan konsep budaya sebagai sistem sosial yang membawa pesan dengan memberikan makna terhadap pengalaman anggotanya.

F.       Mendayagunakan Lingkungan
Pendayagunaan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan  lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan, dan berfaedah bagi lingkungannya.

G.     Melibatkan masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama keikutsertaannya dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan tap-down partisipasi masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan bottom-up, tingginya partisispasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kebijakan tertentu.

H.     Menghemat Anggaran
Penghematan anggaran pendidikan disekolah pada dasarnya untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratium, perpustakaan, media belajar, proses pembelajaran, dan layanan administrasi untuk menunjang jalannya proses pembelajaran. Jika penghematan biaya pendidikan disekolah dapat dilakukan dengan baik dan benar, maka akan sangat menunjang tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Namun dalam kenyataannya tidak demikian, karena masih banyak sekolah yang belum mampu melakukan penghematan terhadap biaya pendidikan yang ada, bahkan dalam operasinya seringkali kekurangan biaya, baik untuk kepentingan proses pembelajaran maupun untuk memenuhi sarana dan fasilitas lain.

I.        Membangun jiwa kewirausahaan
Membangun jiwa kewirausahaan berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya yang ada dilingkungan sekolah guna mengambil keuntungan. Kepribadian ini mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku. Dari Steinhoff (1993) dapat didefinisikan karakteristik kepribadian warausaha sebagai berikut :
a.      Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, terhadap kerja keras, mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan. Dengan modal tersebut mereka bekerja dengan tenang, optimis, dan tidak dihantui oleh rasa takut gagal.
b.      Memiliki kreativitas diri (self creatifity) yang tinggi dan kemampuan mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatannya melalui kewirausahaan.
c.       Memiliki pikiran positif (positive thinking) dalam menghadapi suatu masalah atau kejadian, melihat aspek positifnya. Dengan demikian, mereka selalu melihat peluang dan memanfaatkannya untuk mendukung kegiatan yang dilakukan.





BAB 9
PENUTUP
There is nothing news under the sun, demikian halnya dengan pendidikan, tidak ada yang baru, tidak ada yang aneh, semuanya sudah ada dan sudah tercipta. Masalahnya bagaimana kita melakukan perubahan terhadap hal-hal yang sudah ada dan sudah tercipta itu agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Lebih dari itu, perubahan perlu dilakukan agar sesuatu yang lama bisa ditampilkan sebagai sesuatu yang baru (nampak baru) dan menarik bagi peserta didik. Perubahan, itulah yang abadi dalam kehidupan, selama masih ada kehidupan selama itu pula akan terjadi perubahan. Perubahan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk mengatasi masalah atau meningkatkan kualitas kehidupan. Demikian halnya dalam pendidikan, setiap usaha perubahan seharusnya diarahkan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas pendidikan.

DOSEN : DIRGANTARA WICAKSONO
MATKUL : PEMBELAJARAN PKN DI SD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar