BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan
kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun
inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Pemerintah juga telah lama mencanangkan “gerakan
peningkatan mutu pendidikan”, namun kenyataan jauh dari harapan, bahkan dalam
hal tertentu ada gejala penurunan dan kemerosotan. Misalnya kemerosotan moral
peserta didik, yang ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa.
Kecurangan dalam ujian, seperti ngerpek dan nyontek yang telah membudaya
dikalangan pelajar dan mahasiswa. Berbagai indikator mutu pendidikan juga belum
menunjukan peningkatan yang berarti, bahkan gagal dalam melaksanakan ujian
nasiona
Keberhasilan implementasi
kurikulum 2013 juga dapat dilihat indikator – indikatorperubahan sebagai
berikut.
1. Adanya lulusan yang berkualitas,
produktif, kreaktif, mandiri.
2. Adanya peningkatan mutu pembelajaran
3. Adanya peningkatan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar
4. Adanya peningkatan perhatian serta
partisipasi masyarakat
5. Adanya peningkatan tanggung jawab
sekolah.
6. Tumbuhnya sikap, keterampilan dan
pengetahuan secara utuh dikalangan peserta didik.
7. Terwujudnya pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
8. Terciptanya iklim yang aman, nyaman
dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan
menyenangkan (joyfull learning)
9. Adanya proses evaluasi dan perbaikan
secara berkelanjutan (continuous quality improvement)
BAB 2
DIBALIK KURIKULUM 2013
Pendidikan yang diselenggarakan
disetiap satuan pendidikan mulai dari dasar sampai pendidikan tinggi, bahkan
yang dilakukan dilembaga-lembaga nonformal dan informal seharusnya dapat
menjadi landasan bagi pembentukan pribadi peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya. Namun demikian, pada kenyataannya mutu pendidikan, khususnya mutu
output pendidikan masih rendah jika dibanding dengan mutu output pendidikan
dinegara lain, baik diasia maupun kawasan ASEAN.
A. Apa yang salah dengan pendidikan kita?
Hampir setiap hari kia disuguhi
contoh-contoh yang menyedihkan melalui film dan televisi, yang secara bebas
mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, premanisme, kejahatan,perselingkuhan,
kawin siri, penyalahgunaan obat terlarang dan korupsi, yang telah membudaya
dalam sebagian masyarakat bahkan dikalangan pejabat dan artis. Kita juga
mendengar, melihat dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang
diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno,
pelecehan seksual, narkoba, geng motor, dan perjudian.
Sehubung dengan kondisi tersebut,
seharusnya pendidikan dan teknologi didayagunakan untuk mempengaruhi pola, dan
sikap serta gaya hidup masyarakat, guna meningkatkan tarif hidup dan
kesejahtraannya. Hal ini penting, terutama untuk mengatasi berbagai ketimpangan
masyarakat, baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan. Karena perkembangan
teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi semakin lama semakin
pesat dan semakin otonom.
Menghadapi kondisi masyarakat
indonesia,eloknya pembangunan pendidikan nasional difokuskan pada hal-hal
sebagai berikut :
1. peningkatan pemerataan dan peluasan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu.
2. pengembangan wawasan persainga dan
keunggulan
3. memperkuat keterkaitan pendidikan
agar sepadan dengan kebutuhan pembangunan (link and match)
4. mendorong terciptanya masyarakat
belajar
5. pendidkan merupakan sarana untuk menyiapkan
generasi masa kini dan sekaligus masa depan
6. pendidikan merupakan sarana untuk
memperkuat jati diri bangsa dalam proses industrialisasi dan mendorong
terjadinya perubahan masyarakat indonesia dalam memasuki era globalisasi.
B. Visi dan misi pendidikan nasional
Sejalan dengan uraian diatas,
Depdikbud, Bank dunia, Bappenas, dan Bank pembangunan Asia (1999), telah
meumuskan visi dan misi pendidikan nasional sebagai berikut :
Visi makro pendidkan nasional adalah
terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat indonesia baru
dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat proklamasi NKRI melalui
proses pendidikan.
Misi makro pendidikan nasional jangka
menengah adalah pemberdayaan organisasi maupun proses pendidika. Organisasi
pelaksanaan pendidikan dengan cakupan yang luas dan otonom, sehingga mampu
menanmpung kebutuhan masyarakat dalam berbagai situasi. Proses pendidikan
dilaksanakan secara terbuka untuk memperbesar masukan dari masyarakat.
Misi makro pendidikan nasional jangka
pendek adalah mengatasi krisis nasional. Pendidikan dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Proses pendidikan diusahakan tetap terselenggara secara optimal.
Otonomi, keterbukaan, partisipasi pasar dan masyarakat mulai dilaksanakan.
Pendidikan dilaksanakan dengan memulai menanamkan wawasan keunggukan untuk
menghadapi tantangan global. Mulai membentuk lembaga pendidikan untuk menuju
pusat pradaban.
C. Visi dan misi kementrian pendidikan dan kebudayaan
Dalam rangka mewujudkan cita cita
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta sejaalan dengan visi dan misi pendidkan
nasional, Kemendiknas (Renstra Kemendiknas 2010-2014) mempunyai visi 2025 untuk
menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan
paripurna). Insan indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu
serdas spiritual, serdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan
cerdas kinestatis.
D. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
Pedidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Undang-undang No. 20 tahun 2003).
E. Penataan Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional pendidikan
seharusnya ditetapkan berdasarkan konsensus bersama yang melibatkan seluruh
lapisan masyarakat, mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, organisasi
profesi, universitas sekolah, lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), pengamat pendidikan, dan perwakilan peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan (SNP)
meliputi delapan standar, yang dalam garis besarnya dapat dideskripsikan
sebagai berikut (PP No. 19 tahun 2005, dan PP Nomer 32 tahun 2013)
1. Standaer Kompetensi Lulusan
2. Standar Isi
3. Standar proses
4. Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan
F. Siapa yang bertanggung jawab dan menjamin keberhasilan kurikulum 2013?
Yang
seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
kurikulum 2013. Lembaga-lembaga tersebut adalah
·
Lembaga
dipusat :
1. Kementrian pendidkan dan kebudayaan
2. DPR
3. Irjen Depdiknas
4. Balitbangdiknas
5. BSNP
6. Puskurbuk
7. Bagian kurikulum pada direktorat
dikdasmen (SD, SMP, dan SMA)
8. Bagian pendidikan di departemen Agama
9. LSM peduli pendidikan
·
Lembaga
di daerah (provinsi, kabupaten /kota) :
1. Gubernur
2. Bawasda
3. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP)
4. Bagian kurikulum di Disdik
5. Bagian pendidikan di Departemen Agama
6. DPRD
7. Dewan pendidikan dan komite sekolah
/madrasah
8. LSM
BAB 3
KUNCI SUKSES KURIKULUM 2013
A.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kunci sukses
pertama yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah
kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakan, dan
menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala
sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakan semua sumber
daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Keberhasilan kurikulum
2013, menuntut kepala sekolah yang demokratis profesional, sehingga mampu
menumbuhkan iklim demokratis disekolah yang akan mendorong terciptanya iklim
yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajaran yang
optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.
B.
Kreativitas Guru
Kunci sukses
keduan yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah
kreativitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya,
bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.
Guru sebagai
fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang
didefinisikan Rogers (dalam Mulyasa, 2002) sebagai berikut :
1. Tidak berlebihan mempertahankan
pendapat dan kenyakinannya, atau kurang terbuka
2. Dapat lebih mendengarkan peserta
didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya
3. Mau dan mampu menerima ide peserta
didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun
4. Lebih meningkatkan perhatiannya
terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan
pembelajaran
5. Dapat menerima balikan (feedback) ,
baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan
yang konstruktif terhadap diri dan prilakunya
6. Toleransi terhadap kesalahan yang
diperbuat peserta didik selama proses pembelajran, dan
7. Menghargai prestasi peserta didik,
meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang di capainya.
C.
Aktivitas peserta didik
Kunci sukses
ketiga yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah
aktivitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangan aktivitas
peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin
diri (self-discipline).
Memperhatikan
pendapat Reismen and Payne (1987:239-241), dapat dikemukakan 9 (sembilan)
strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut :
1. Konsep diri (self-concept)
2. Keterampilan berkomunikasi
(communication skills)
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan
alami (natural and logical consequences)
4. Klarifikasi nilai (values
clarification)
5. Analisis transaksional (transactional
analysis)
6. Terapi realitas (reality therapy)
7. Disiplin yang trintegrasi (assertive
discipline)
8. Modifikasi perilaku ( behavior
modification)
9. Tantangan bagi disiplin (dare to
discipline)
D.
Sosialisasi kurikulum 2013
Kunci sukses
keempat yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah
sosialisasi. Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan,
agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya dilapangan paham dengan
perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing, sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum
yang dilakukan.
E.
Fasilitas dan sumber belajar
Fasilitas dan
sumber belajar yang memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat
dilaksanakan secara optimal. Fasilitas dan sumber belajar yang perlu
dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain
laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola
dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.
F.
Lingkungan yang kondusif akademik
Lingkungan
yang kondusif-akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan sekolah
yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh
warga sekolaah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta
didik (student-centered activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan
nafsu, gairah dan semangat belajar.
G.
Partisipasi warga sekolah
Partisipasi
warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah
sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh
warga, khusus tenaganya kependidikan yang tersedia.
BAB 4
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
A.
Perlunya perubahan dan pengembangan
kurikulum 2013
Dalam suatu
sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan
perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan
zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara
sistematis dan tearah, tidak asal perubahan. Perubahan dan pengembangan
kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana
sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.
B.
Landasan pengembangan kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi
secara filosofis, yuridis, dan konseptual sebagai berikut :
1.
Landasan filosofis
a. Filosofis pancasila yang memberikan
berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan
b. Filosofi pendidikan yang berbasis
pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat.
2.
Landasan yuridis
a. RPJMM 2010-2014 sektor pendidikan,
tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum
b. PP No. 19 tahun 2005 tentang standar
Nasional pendidikan
c. INPRES nomor 1 tahun 2010, tentang
percepatan pelaksanaan proritas pembangunan nasional, penyempurnaan kurikulum
dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya saing dan karakter bangsa
3.
Landasan konseptual
a. Relevansi pendidikan (link and match)
b. Kurikulum berbasis kompetensi, dan
karakter
c. Pembelajaran konstekstual (contxtual
teaching and learning)
d. Pembelajaran aktif (student active
learning)
e. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.
C.
Tujuan pengembangan kurikulum 2013
Seperti yang
dikemukakan diberbagai media massa, bahwa melalui pengembangan kurikulum 2013
kita akan menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,
afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegritas. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada
pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud
pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.
D.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
Dalam rangka
mempersiapkan tujuan pendidikan memasuki globalisasi yang pernuh tantangan dan
ketidakpastian. Diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan
nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan
kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang pernah dicoba pada tahun 2004.
Kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat
dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman
langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat
penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit,
dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki
kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.
Beberapa
aspek atau ranah yang terkandung dalam
konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai beriku :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (understanding)
3. Kemampuan (skill)
4. Nilai (value)
5. Sikap (attitude)
6. Minat (interest
Berdasarkan
analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Lima
karakteristik kurikulum bebasis kompetensi :
1. Mendayagunakan keseluruhan sumber
belajar
2. Pengalaman lapangan
3. Strategi belajar individual personal
4. Kemudahan belajar
5. Belajar tuntas.
E.
Tingkat pengembangan kurikulum
Pengembangan
kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari
beberapa tingkat, yaitu pengembangan kurikulum tingkat nasional, pengembangan
kurikulum tingkat wilayah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
pengembangan silabus, dan pengembangan program pembelajaran.
F.
Prinsip pengembangan kurikulum
Sesuai dengan
kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan
yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang
berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan
prinsip-prinsip sebagai berikut
(balitbang kemdikbud, 2013)
1. Pengembangan kurikulum dilakukan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional
2. Kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip divesifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
3. Mata pelajaran merupakan wahana untuk
mewujudkan pencapaian kompetensi
4. Standar kompetensi lulusan dijabarkan
dari tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta perkembangan
global.
5. Standar isi dijabarkan dari standar
kompetensi lulusan
6. Standar proses dijabarkan dari
standar isi
7. Standar penilaian dijabarkan dari
standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses
8. Standar kompetensi lulusan dijabarkan
kedalam kompetensi inti
9. Kompetensi inti dijabarkan kedalam
kompetensi dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran
10. Kurikulum sstuan pendidkan dibagi
menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan
a. Tingkat nasional dikembangkan oleh
pemerintah
b. Tingkat daerah dikembangkan oleh
pemerintah daerah
c. Tingkat satuan pendidikan
dikembangkan oleh satuan pendidikan
11. Proses pembelajaran diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpatisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik
12. Penilaian hasil belajar berbasis
proses dan produk
13. Proses belajara dengan pendekatan
ilmiah (scientific approach)
G.
Pengembangan struktur kurikulum 2013
Pengembangan
struktur kurikulum 2013 sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan, yaitu
mengidentifikasi kompetensi, mengembangkan struktur kurikulum, dan
mendeskripsikan mata pelajaran.
1.
Identifikasi kompetensi
Identifikasi komoetensi, sub
kompetensi, dan tujuan khusus perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan, agar
hasil yang dirumuskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dicapai peserta
didik. Hal ini menunjukan bahwa penyususnan asumsi-asumsi yang spesifik harus
dilakukan sebelum mengidentifikasi tujuan dan kompetensi.
Dalam kaitannya dengan kurikulum 2013
yang berbasis karakter dan kompetensi, sedikitnya dapat diidentifikasi delapan
sumber yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi, yaitu :
1) Daftar yang ada
2) Menerjemahkan mata pelajaran
3) Menerjemahkan mata pelajaran dengan
perlindungan
4) Analisis taksonomi
5) Masukan dari profesi
6) Membangun teori
7) Masukan peserta didik ddan masyarakat
8) Analisis tugas
2.
Struktur kurikulum
Struktur kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi untuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan
sekolah menengah atas, serta sekolah menengah kejuruan seperti yang disajikan
dalam materi uji publik kurikulum 2013, dan juga materi sosialisasi kurikulum 2013
(kemendiknas, 2013) dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Struktur kurikulum SD
b. Proses pengembangan struktur
kurikulum SMP
c. Struktur kurikulum SMA/SMK
BAB 5
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.
Merancang pembelajaran efektif dan
bermakna
Implementasii
kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menurut
keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai
demgan rencana yang telah di programkan.
Guru harus
menyadari bahwa pembelajaran meiliki sifat yang sangat kompleks karena
melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek
pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu
lingkungan pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju
kesukssesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu.
Pembelajaran
menyenangkan, efektif, dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Pemanasan dan apersepsi
2. Eksplorasi
3. Konsolidasi pembelajaran
4. Pembentukan sikap, kompetensi dan
karakter
5. Penilaian formatif
B.
Mengorganisasikan pembelajaran
Impelementasi
kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara
efektif. sedikitnya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu
pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahki, pendayagunaan
lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan
kebijakan.
C.
Memilih dan menentukan pendekatan
pembelajaran
Disamping
pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013
berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan endragogi,
yang berbeda dengan pedagogi, terutama dalam pandangannya terhadap peserta
didik, pedagogi diartikan sebagai “the art science of teaching children”.
Sedangkan andragogi diarntikan sebagai “the art and science of helping adults
learn”.
Implementasi
kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain : pendekatan pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran
pastisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery
learning), dan pembelajaran kontruktivisme (contructivism teaching and
learning).
D.
Melaksanakan pembelajaran,
pembentukan kompetensi, dan karakter
Pembelajaran
dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 meerupakan keseluruhan proses
belajar, pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan.
Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar,
indikator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai
dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh
kesempatan dan pengalaman belahar yang optimal.
Pada umumnya,
kkegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti
atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
E.
Menetapkan kriteria keberhasilan
Keberhasilan
implementasi kurikulum 2013 dalam pembentukna kompetensi dan karakter peserta
didik dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses,
pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau stidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran,
disamping menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidaknya sebagian besar (75%).
Keberhasilan
implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter dapat dilihat
dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
BAB 6
PENATAAN PENILAIAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.
Penataan penilaian
Salah satu
aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam kaitannya dengan
implementasi kurikulum 2013 adalah penataan standar penilaian. Pentaan tersebut
terutama disesuaikan dengan penataan yang dilakukan pada standar isi, standar
kompetensi lulusan dan standar proses. Meskipun demikian, pada akhirnya
penataan penilaian tersebut tetao bermuara dan berfokus pada pembelajaran,
karena pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum. Pembelajaran
sebagai inti dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya menyangkut tiga
fungsi manajerial, yaitu perencanaan,pelaksaan, dan penilaian.
B.
Penilaian kurikulum
Penilaian
kurikulum harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh
dan profesional, sesuai dengan kompetensi inti yang telah ditentukan. Penilaian
aspek pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisa, dan daftar isian
pertanyaan. Penilaian aspek keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktek,
analisis keterampilan dan analisis tugas, serta penilaian oleh peserta didik
sendiri, adapaun penilaian aspek sikap, dapat dilakukan dengan dafatar isisan
sikap (pengamatan pribadi) dari diri sendiri, dan daftar isian sikap yang
disesuaikan dengan kompetensi inti.
Untuk
mendapatkan data yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang penilaian kurikulum
dapat dilakukan dengan menilai rancangan kurikulum dan menilai pengembangan
kurikulum dikelas.
C.
Penilaian proses pembelajaran
Penilaian
proses yang dimaksud untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi
karakter dan pembentukan kompetensi peserta didik, termasuk bagaimana
tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Dalam hal ini, penilaian proses dilakukan
untuk menilai aktivitas, kreativitas, dan keterlibatan peserta didik dlam
pembelajaran, terutma keterlibatan mental, emosional, dan sosial dalam
pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik.
D.
Penilaian unjuk kerja
Dalam
implementasi kurikulum 2013, amat dianjukan agar guru lebih mengutamakan
penilaian untuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat
bergaul, bagaimana mereka bersosialisasi dimasyarakat dan bagaimana mereka
menerapkan pembelajaran dikelas dalam kehidupan sehari hari.
Dalam
penilaian pembelajaran, penilaian unjuk kerja dapat dilakuka secara efektif
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan kinerja yang akan dinilai
2) Buat daftar yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan dari masing-masing mata pelajaran dan butir-butir yang
dipertimbangkan untuk menentukan apakah pekerjaan itu memenuhi standar yang
telah ditetapkan
3) Tentukan pekerjaan untuk peserta
didik yang mencakup semua elemen kinerja yang dinilai dan alokasi waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
4) Buat semua daftar bahan, alat dan
gambar yang diperlukan peserta didik untuk mengerjakan penilaian
5) Siapkan petunjuk tertulis yang jelas
untuk peserta didik
6) Siapkan sistem pensekoran (soring)
E.
Penilaian karakter
Penilaian
karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri
peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Pembentuk karakter
memang tidak bisa sim salabim atau terbentuk dalam waktu singkat, tapi
indikator perilaku dideteksi secara dini oleh setiap guru.
F.
Penilaian portofolio
Portofolio
adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Dengan demikian,
dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh
tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian
portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, melalui
suatu diskusi untuk pembahasan hasil kerja peserta didik, kemudian menentukan
hasil penilaian atau skor.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio adalah sebagai
berikut :
1. Karya yang dikumpulkan asli karya
yang bersangkutan
2. Menentukan contoh pekerjaan yang
harus dikerjakan
3. Mengumpulkan dan menyimpan sempel
karya
4. Menentukan kriteria penilaian
portofolio
5. Meminta peserta didik untuk menilai
secara terus penerus hasil portofolio
6. Merencanakan pertemuan dengan peserta
didik untuk membicarakan hasil portofolio
7. Melibatkan orang tua dan masyarakat
untuk meningkatkan efektivitas penilaian portofolio
BAB 7
INOVASI KURIKULUM 2013
A.
Keunggulan kurikulum 2013
Implementasi kurikulum 2013
diharapkan dapat menghasilkan insan yang produtif, kreatif, dan inovatif. Hal
ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang
secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama, kurikulum 2013 menggunakan pendeketan yang bersifat
alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya
masing-masing.
Kedua,
kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan
keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
Ketiga, ada
bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
keterampilan.
B.
Asumsi kurikulum 2013
Asumsi merupakan parameter untuk
menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan.
Sedikitnya terdapat tujuh asumsi yang
mendasari kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi. Ketujuh asumsi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Banyak sekolah yang memiliki sedikit
guru profesional, dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal.
2. Banyak sekolah yang hanya mengoleksi
sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai
kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
3. Peserta didik bukanlah tabung kosong
aau kertas putih bersih yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru,
melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan.
4. Peserta didik memiliki potensi yang
berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi
dalam hal lain mungkin biasa saja, bahkan rendah.
5. Pendidikan berfungsi mengkondisikan
lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang
dimilikinya secara optimal.
6. Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secra
sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang
mmencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
7. Kurikulum sebagai proses pembelajaran
harus berisi menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensinya secara optimal.
C.
Perbedaan kurikulum 2013 dengan ktsp
2006
Tema kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang dapat menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,
efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Beberapa keunggulan kurikulum ini
telah dibahas dalam subab terdahulu, namun demikian untuk lebih memantapkan
pemahaman tentang inovasi kurikulum dirasakan perlu untuk mengkaji dan
menganalisis beberapa hal mendasar yang dikembangkan dalam kurikulum 2013. Oleh
karena itu dalam subbab ini disajikan secara khusus bagaimana perbandingan
kurikulum 2013 dengan KTSP 2006, perbangdingan
tersebut disajikan dalam tabel berikut (kemdiknas, 2013).
Elemen
|
Ukuran tata kelola
|
KTSP 2006
|
Kurikulum 2013
|
Guru
|
kewenangan
|
Hampir mutlak
|
terbatas
|
kompetensi
|
Harus tinggi
|
Sebaiknya tinggu. Bagi yang rendah masih terbantu
dengan adanya buku
|
|
Bebas
|
Berat
|
Ringan
|
|
Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran
|
Rendah (banyak waktu untuk persiapan)
|
Tinggi
|
|
Buku
|
Peran penerbit
|
besar
|
Kecil
|
Variasi materi dan proses
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Variasi harga/bebas siswa
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Siswa
|
Hasil pembelajaran
|
Tergantung sepenuhnya pada guru
|
Tidak sepenuhnya tergantung pada guru,tetapi juga
buku yang disediakan pemerintah
|
pemantauan
|
Titik penyimpangan
|
Banyak
|
Sedikit
|
Besar penyimpangan
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Pengawasan
|
Sulit,hampir tidak mungkin
|
mudah
|
D.
Perbedaan esensial kurikulum 2013
dengan KTSP 2006
Kurikulum sekolah dasar 2013 lebih
ditekankan pada aspek efektif, dengan penilaian yang ditekankan pada notes dan
portofolio. Dalam implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter
ini, murid SD idealnya tidak lagi banyak menghapal. Karena kurikulum ini
dirancang untuk mempersiapkan peserta didik memiliki budi pekerti atau karakter
yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
E.
Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan operasionalisasi standar
kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik
yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang
menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan kedalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills.
BAB 8
OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A.
Mendongkrak prestasi
Prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan
belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan
seseorang untuk memenuhu kebutuhannya.
Menurut
makmun (1999) ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat
intensional, positif, dan efektif. ketika hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berukut :
Perubahan
perilaku hasil belajar bersifat intensional, artinya pengalaman atau praktek
latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.
Perubahan
perilaku hasil belajar bersifat positif, artinya sesuai dengan yang diharapkan
(normatif), atau kriteria keberhasilan (criteria of succes). Baik dipandang
dari segi peserta didik maupun dari segi guru.
Perubahan
perilaku hasil belajar bersifat efektif, artinya perubahan hasil belajar itu
relatif tetap, dan setiap saat diperlukan
dapat direproduksi dan diergunakan, seperti dalam pemecahan masalah,
ujian, maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi 4, yaitu
a. Bahan atau materi yang dipelajari
b. Lingkungan
c. Faktor instrumental
d. Kondisi peserta didik
2.
Usaha mendongkrak prestasi belajar
Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendongkrak prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani,
keadaan sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan,
kontrol, sikap yang optimis, menggunakan waktu, cara mempelajari buku, dan
mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.
B.
Penghargaan dan hadiah
Penghargaan
adalah suatu hadiah dalam bentuk ucapan terima kasih yang dirasakan sebagai
pujian oleh orang yang menerimanya. Sedangkan hadiah adalah suatu penghargaan
yang dibandingkan dengan nilai oleh orang yang menerimanya.
Strategi
penghargaan dan hadiah memiliki kontribusi penting dalam mencapai tujuan
perusahaan, jika :
·
Menyediakan
hadiah untuk pertumbuhan dan peningkatan prestasi
·
Mendukung
nilai-nilai organisasi
·
Menyesuaikan
kebudayaan dan daya management oranisasi
·
Mendorong
dan mendukung tingkah laku yang diinginkan
·
Menyediakan
daya saing yang dibutuhkan
·
Mendorong
organisasi untuk memperoleh nilai dari hadiah.
C.
Membangun tim
Membangun tim
bertujuan untuk mendidik seluruh tenaga kependidikan disekolah pada seluruh
tingkat pekerjaan, dengan teknik kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.
D.
Mengembangkan program akselerasi
Program
akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalui masa
belajar disekolah dengan waktu yang relatif cepat. Peserta didik dapat menempuh
masa belajar disekolah dasar sekitar 5 tahun, disekolah menengah pertama dua
tahun, dan disekolah menengah atas dua tahun. Melalui program akselerasi,
peserta didik dalam usia 10 tahun sudah dapat menamatkan sekolah dasar, 12
tahun menamatkan SMP, dan 14 atau 15 tahun sudah lulus SMA, sehingga dalam usia
kurang dari 20 tahun sudah dapat meraih gelar sarjana. Program ini diharapkan
dapat mendongkrak kualitas SDM secara lebih cepat, dan tepat sasaran.
E.
Membudayakan kurikulum
Membudayakan
kurikulum dapat dimaknai bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam
budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan
keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah maupun
tenaga kependidikan lain. Budaya sekolah nampak sebagai gaya sebuah sekolah
dalam mempertahankan integritas struktur sosialnya, sebagaimana organisasi
sosial dan sebagai sebuah pola kepribadian individu. Pada umumnya pandangan ini
merupakan konsep budaya sebagai sistem sosial yang membawa pesan dengan
memberikan makna terhadap pengalaman anggotanya.
F.
Mendayagunakan Lingkungan
Pendayagunaan
lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan
ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik
bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya, sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan, dan berfaedah bagi lingkungannya.
G.
Melibatkan masyarakat
Partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pendidikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata,
terutama keikutsertaannya dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan
dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan tap-down partisipasi
masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan tidak
begitu dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan bottom-up, tingginya
partisispasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kebijakan
tertentu.
H.
Menghemat Anggaran
Penghematan anggaran pendidikan
disekolah pada dasarnya untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah,
bangunan, laboratium, perpustakaan, media belajar, proses pembelajaran, dan
layanan administrasi untuk menunjang jalannya proses pembelajaran. Jika
penghematan biaya pendidikan disekolah dapat dilakukan dengan baik dan benar,
maka akan sangat menunjang tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan secara keseluruhan. Namun dalam kenyataannya tidak demikian, karena
masih banyak sekolah yang belum mampu melakukan penghematan terhadap biaya
pendidikan yang ada, bahkan dalam operasinya seringkali kekurangan biaya, baik
untuk kepentingan proses pembelajaran maupun untuk memenuhi sarana dan
fasilitas lain.
I.
Membangun jiwa kewirausahaan
Membangun
jiwa kewirausahaan berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber
daya yang ada dilingkungan sekolah guna mengambil keuntungan. Kepribadian ini
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku. Dari Steinhoff (1993)
dapat didefinisikan karakteristik kepribadian warausaha sebagai berikut :
a. Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, terhadap
kerja keras, mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari
keberhasilan. Dengan modal tersebut mereka bekerja dengan tenang, optimis, dan
tidak dihantui oleh rasa takut gagal.
b. Memiliki kreativitas diri (self creatifity) yang tinggi dan
kemampuan mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatannya melalui
kewirausahaan.
c. Memiliki pikiran positif (positive thinking) dalam menghadapi
suatu masalah atau kejadian, melihat aspek positifnya. Dengan demikian, mereka
selalu melihat peluang dan memanfaatkannya untuk mendukung kegiatan yang
dilakukan.
BAB 9
PENUTUP
There is nothing news under the sun, demikian halnya dengan pendidikan,
tidak ada yang baru, tidak ada yang aneh, semuanya sudah ada dan sudah
tercipta. Masalahnya bagaimana kita melakukan perubahan terhadap hal-hal yang
sudah ada dan sudah tercipta itu agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
zaman. Lebih dari itu, perubahan perlu dilakukan agar sesuatu yang lama bisa
ditampilkan sebagai sesuatu yang baru (nampak baru) dan menarik bagi peserta
didik. Perubahan, itulah yang abadi dalam kehidupan, selama masih ada kehidupan
selama itu pula akan terjadi perubahan. Perubahan pada hakikatnya merupakan
suatu upaya untuk mengatasi masalah atau meningkatkan kualitas kehidupan.
Demikian halnya dalam pendidikan, setiap usaha perubahan seharusnya diarahkan
untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas pendidikan.
DOSEN : DIRGANTARA WICAKSONO
MATKUL : PEMBELAJARAN PKN DI SD
DOSEN : DIRGANTARA WICAKSONO
MATKUL : PEMBELAJARAN PKN DI SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar